Minggu, 30 September 2012

Perawat Sekolah


DEFINISI PERAWAT SEKOLAH
Dalam jurnal “The Role of the School Nurse in Providing School Health Services”, The National Association of School Nurses mendefinisikan Perawat Sekolah adalah praktek khusus dari perawat professional yang ditujukan untuk menaikkan kesejahteraan, kesuksesan akademik, dan presstasi siswanya. Perawat sekolah ini memfasilitasi murid agar dapat berespon ke perkembangan normal; menaikkan kesehatan dan keselamatan; ikut mengurusi permasalahan kesehatan yang bersifat aktual dan potensial; menyediakan pelayanan manajemen kasus (case management service); dan secara aktif berkolaborasi dengan yang lainnya untuk membangun  siswa dan orang tua yang memiliki kapasitas  untuk beradaptasi, management diri, advokasi diri, dan belajar.
Perawat sekolah punya peran penting dalam pelayanan kesehatan yang komprehensif untuk anak-anak dan remaja. Kenaikan jumlah murid yang masuk sekolah dengan kondisi kesehatan yang kronik membutuhkan manajemen selama bersekolah. Pernyataan kebijakan ini menjelaskan kepada peran pediatrician dari perawat sekolah dalam pelayannannya sebagai bagian dalam pelayanan penyedia dan pencegahan, indentifikasi masalah secara cepat, intervensi, dan menyerahkan untuk mengembangkan kesehatan dan kesuksesan pendidikan. Untuk pengoptimalan perawatan pada anak, persiapan, edukasi, dan penyusunan level perawat sekolah yang baik  merupakan faktor yang penting untuk mencapai kesuksesan. Beberapa rekomendasi diberikan untuk memfasilitasi hubungan kerja antara perawat sekolah dengan dokter si anak saat di rumah.   
The American Academy of Pediatrics (AAP) mendukung adanya perawat sekolah sepanjang waktu di setiap sekolah sebagai  cara yang terbaik untuk memastikan koneksi yang kuat dengan tenaga medis. Sementara itu langkah untuk mencapai ideal dapat dibuat dengan mencapai Health People 2010 goal, dimana daerah bagian seharusnya mempekerjakan setidaknya 1 perawat per 750 siswa, dengan bermacam variasi, bergantung pada komunitas dan populasi murid. Sekolah dengan presentasi tinggi  terdapat murid dengan kebutuhan kesehatan yang khusus akan lebih banyak membutuhkan rasio intensive perawat untuk murid; misalnya 1 perawat per 225 murid ketika murid embutuhkan pelayanan atau intrvensi keperatwan professional sehari-sehari, dan 1 perawat per 125 ketika murid mempunyai kebutuhan kesehatan yang komplek. Adanya perawat sekolah di setiap kegiatan persekolahan me,perkenannkan dokter sekolah untuk bekerja lebih efisien dalam menyediakan koordinasi perawatan yang dibutuhkan para murid.
AAP merekomendasikan dan mendukung kuat hubungan dengan perawat seklah, dokter sekolah, dan personil kesehatan sekolah yang lain., dan dokter anak. mereka menyediakan kesehatan dari anak dan remaja dengan memfasilitasi pengembangan koordinasi prograsm kesehatan sekolah, dengan memfasilitasi akses pengobatan di rumah untuk anak. dan menintegrasikan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial untuk anak di level komunitas. Perawat sekolah sebagai bagian dari koordinasi program kesehatan sekolah, berperan dan menemukan seluruh kebutuhan anak dan mendukung kesuksesannya di sekolah.

2.2 PERAN PERAWAT SEKOLAH
The National Association of School Nurses mengidentifikasi 7 peran inti yang harus dipenuhi oleh  perawat sekolah untuk mengasuh dan merawat kesehatan dan mensukseskan pendidikan anak maupun remaja. Peran-peran ini melingkupi dan dapat diaplikasikan ke perawat sekolah pada semua level praktiknya, di semua setting geografis, dan ke semua klien.
1.      Perawat sekolah memberikan perawatan langsung kepada para murid.
Perawat sekolah memberikan perawatan terhadap luka dan penyakit akut untuk semua murid dan management yang sifatnya berkepanjangan pada murid yag mempunyai kebituhan perawatan kesehatan khusus. Pertanggungjawabannya meliputi mengasesment dan memberikan treatment dalam lingkup praktek keparawatan professional, berkomunikasi dengan orang tua, penyerahan kepada dokter (referral to physician), menetapkan dan mengawasi pemberian asuhan keperawatan. Rencana perawatan kesehatan individual diberikan kepada murid yang mempunyai kondisi kronis, dan pada situasi yang sesuai, rencana emergensi/kegawatdaruratan dibuat untuk mengontrol peristiwa emergensi potensial di setting sekolah (misalnya: diabetes, asthma). Idealnya, rencana kesehatan ini untuk meluruskan rencana managemen kesehatan  dengan dokter anak dan secara berkala mengupdate rencana manjemen tersebut melalui komunikasi tertutup. Perawat sekolah bertanggungjawab terhadap rencana manajemen dan mengkomunikasikan rencana manajemen ini kepada semua anggota sekolah. Perawat sekolah mempunyai peran unik dalam menetapkan pelayanan kesehatan pada anak yang mempunyai kebutuhan kesehatan khusus, termasuk anak dengan penyakit kronis dan disability (cacat/ketidakmampuan) pada berbagai tingkat. Sebagai pemimpin dari tim kesehatan sekolah, perawat sekolah harus mampu mengkaji tingkat status kesehatan murid, mengidentifikasi masalah kesehatan yang dapat menyebabkan rintangan pada progress pembelajarannya, dan membangun rencana perawatan kesehatan untuk menejemen masalah di setting sekolah. Perawat sekolah memastikan bahwa rencana perawatan kesehatan murid secara individual adalah bagian dari edukasi perawatan individual. Ketika memungkinkan, dan kedua rencana yang dibangun dan diimplementasi dengan partisipasi semua team, yang didalamnya termasuk murid, keluarga, dan dokter anak.
2.      Perawat sekolah memimpin untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Sebagai seorang yang ahli dalam pemberian pelayanan kesehatan di sekolah, perawat sekolah mengkaji semua system perawatan dan membangun sebuah rencana untuk memastikan bahwa kebutuhan atas kesehatan tercukupi. Tanggung jawab disini termasuk membuat rencana untuk merespon keadaan emergensi dan bencana dan komunikasi secara confedential atau rahasia, dan mendokumentasikan informasi kesehatan siswa.
3.      Perawat sekolah memberikan skrining terhadap kondisi kesehatan dan merujuk.
Skrining kesehatan dapat menurunkan efek negative dari masalah kesehatan dengan mengidentifikasi siswa yang mempunyai masalah kesehatan potensial secara dini dan merujuk mereka untuk menerima pengobatan yang sesuai.
4.      Perawat sekolah mempromosikan kesehatan lingkungan sekolah.
Perawat sekolah menyediakan keamanan fisik dan emosional pada komunitas sekolah dengan memonitor imunisasi, memastikan eksklusi yang tepat untuk penyakit infeksius, dan melaporkan penyakit menular yang wajib dilaporkan oleh hokum. Selain itu, perawat sekolah menyediakan lingkungan yang aman dengan berpartisipasi dalam pengimplementasian monitoring keamanan lingkungan (tempat bermain, kualitas udara di dalam ruangan, dan bencana alam potensial). Perawat sekolah juga berpartisipasi dalam implementasi dari rencana untuk mencegah dan memenejemen kekerasan di sekolah, penindasan, bencana, dan peristiwa terorisme. Perawat sekolah juga dapat berkoordinasi dengan konselor sekolah untuk mengembangkan rencana prevensi bunuh diri. Sebagai tambahan, jika sekolah memutuskan untuk menetapkan pengetesan penggunaan obat terlarang sebagai program kesehatan sekolah, perawat harus dilibatkan dalam distrik sekolah dan perencanaan komunitas, implementasi, dan evaluasi berkelanjutan pada program tersebut.
5.      Perawat sekolah mempromosikan kesehatan.
Perawat sekolah memberikan pendidikan kesehatan dengan memberikan informasi kesehatan pada siswa secara individual maupun secara berkelompok melalaui pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan, dan kelas-kelas lain. Perawat sekolah membantu tim pengembangan kesehatan di kurikulum pendidikan dan memberikan program pendidikan kesehatan tersebut kepada staff, keluarga, dan komunitas. Topik pendidikan kesehatan tersebut meliputi nutrisi, exercise, pencegahan dan penghentian merokok, kesehatan oral, pencegahan penularan PMS dan penyakit infeksi lainnya, penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang, imunisasi, pencegahan kehamilan pada remaja, menjadi orang tua, dan lain-lain. Perawat sekolah juga mempromosikan kesehatan pada dewan sekolah local.
6.      Perawat sekolah memberikan peran kepemimpinan untuk kebijakan dan program kesehatan.
Sebagai ahli perawat kesehatan di dalam system sekolah, perawat sekolah adalah pemimpin dalam mengembangkan dan mengevaluasi kebijaksanaan kesehatan sekolah. Kebijaksanaan ini meliputi promosi kesehatan dan pencegahan, manajemen prnyakit kronis, mengkoordinasi program kesehatan sekolah, kebijaksanaan kesejahteraan sekolah, manajemen krisis/bencana, menejemen kondisi emerjensi medis, pencegahan dan intervensi kesehatan mental, menejemen penyakit akut, dan menejemen dan pencegahan peyakit infeksi.
7.      Perawat sekolah adalah penghubung antara anggota sekolah, keluaga, perawatan kesehatan professional, dan komunitas.
Perawat sekolah berpartisipasi sebagai ahli kesehatan di IEP. Tim IEP mengidentifikasikan kebutuhan pendidikan khusus untuk siswa. Rencana tim untuk mengakomodasi kebutuhan siswa khusus yang berakibat pada program pendidikan mereka. Sebagai menejer kasus untuk para siswa yang mempunyai masalah kesehatan, perawat sekolah memastikan bahwa ada komunikasi yang adekuat dan kolaborasi diantara keluarga, dokter, dan sumber provider komunitas.

Chabot, Guylaine et all. 2010. Determinants of the intention of elementary school nurses to adopt a redefined role in health promotion at school. Chabot et al.Implementation Science 2010, 5:93
Committee on School Health. 2001. The Role of the School Nurse in Providing School Health Services. Pediatrics 2001;108;1231.
Council on School Health. 2008. Role of the School Nurse in Providing School Health Services. www.pediatrics.org/cgi/doi/10.1542/peds.2008-0382.
Maughan, Erin. 2003. The Impact of School Nursing on School Performance: A Research Synthesis. The Journal of School Nursing Volume 19, Number 3.

ASKEP PADA BAYI DENGAN KETIDAKEFEKTIVAN PEMBERIAN ASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN KETIDAKEFEKTIVAN PEMBERIAN ASI


KASUS
Ny. X dan bayi Ny. Y berkunjung ke poliklinik dengan kondisi  sebagai berikut : Keadaan umum :
Kesadaran : CM; Nadi : 140 X/menit; RR : 58 X/menit; Suhu : 365 0 C; BB : 2550 gram; panjang badan (PB) : 44 cm; Lingkar kepala : 34 cm 
Pemeriksaan fisik :
-          Refleks moro (+); menggengam (+); menghisap (tidak dapat dinilai)
-          Tonus otot cukup, menangis cukup
-          Keadaan kepala dan leher normal, fontanel anterior pada bayi lunak, gambaran wajah simetris, sutura sagitalis tepat.
-          Mata bayi  bersih, tidak terdapat kelainan, bentuk telinga normal, hidung bilateral dan tidak tampak adanya kelainan anatomis.
-          Abdomen  tidak terdapat distensi
-          Torak bayi, tidak terdapat retraksi dinding dada
-          Ekstremitas bayi tampak simetris, dapat bergerak dan tidak ada pembatasan ROM
-          Tali pusat normal, tidak terdapat tanda infeksi.
-          Genital normal, jenis kelamin laki-laki

c. Data tambahan :
Bayi tanpa kesulitan menyusu
d. Masalah aktif medis :
bayi Cukup Bulan (CB), Sesuai Masa Kehamilan


Pemberian ASI, Ketidakefektifan
(6.5.1.2) (1988)

Definisi : keadaan ibu bayi atau anak yang mengalami ketidakpuasan atau kesulitan pada proses menyususi (pemberian asi).
Batasan Karakteristik
Subyektif
v  Mendapatkan suplai susu yang tidak adekuat.
v  Ketidakpuasan proses menyusui (seperti yang diungkapkan ibu).
Obyektif
v  Ketidakadekuatan suplai susu yang actual terjadi.
v  Menggeliat dan menangis pada payudara ibu.
v  Rewel dan menangis dalam waktu 1 jam setelah menyusui.
v  Ketidakmampuan bayi untuk menempel pada payudara ibu dengan tepat.
v  Pengosongan masing-masing payudara setiap kali menyusui yang tidak tercukupi.
v  Kesempatan untuk menghisap pada payudara yang tidak mencukupi.
v  Tidak ada pengeluaran oksitosin yang dapat diamati.
v  Menghisap pada payudara tanpa ditopang.
v  Tanpa ketidakadekuatan asupan bayi yang dapat diamati.
v  Kemerahan yang terus menerus dalam minggu pertama menyusui.
v  Menolak untuk latching on.
v  Tidak berespon terhadap tindakan kenyamanan.
Factor yang Berhubungan
v  Reflex menghisap bayi yang tidak adekuat
v  Anomali pada bayi
v  Bayi menerima tambahan makanan dari payudara buatan
v  Penghentian proses menyusui
v  Kurang pengetahuan
v  Kecemasan atau ambivalen ibu
v  Anomaly payudara ibu
v  Pasangan / keluarga tidak mendukung
v  Prematuritas
v  Riwayat pembedahan pada payudara
v  Riwayat kegagalan menyusui
Alternative Diagnosis yang Disarankan
v  Pemberian asi, diskontinuitas
v  Pola menyusui bayi, ketidak efektifan
Hasil yang Disarankan NOC
1.      Kemantapan menyusui : bayi: pencapaian yang sesuai dari bayi untuk dan dalam menghisap payudara ibu untuk diet selama 2-3 minggu pertama.
2.      Kemantapan menyusui : ibu: kemantapan ibu untuk pencapain yang sesuai dari bayi untuk dan dalam menghisap payudara untuk diet selama 2-3 minggu pertama.
3.      Mempertahankan menyusui : keberlanjutan makanan bayi melalui menyusui.
4.      Penyapihan menyusui : proses menuju pada pengakhiran menyusui.
5.      Pengetahuan : menyusui: tingkat kemantapan yang dapat ditunjukan tenetang laktasi dan makanan bayi melalui menyusui.
Tujuan / Kriteria Evaluasi
Contoh Penggunaan Bahasa NOC
·           Ibu dan bayi akan mengalami Pemberian ASI Efektif yang ditunjukan dengan pengetahuan : menyusui; pemantapan menyusui: bayi/ibu; mempertahankan menyusui; dan penyapihan menyusui.
·           Bayi akan menunjukan kemantapan menyusu : bayi, ditandai dengan indicator totalitas sebagai berikut ( dengan ketentuan 1-5 : tidak, ringan, menengah, berat atau adekuat secara total.)
·        Sikap dan penempelan yang sesuai.
·        Mencekram dan mengompresi aerola dengan tepat.
·        Menghisap dan menempatkan lidah bayi dengan benar.
·        Menelan yang dapat didengar.
·        Minimal menyusu 8x sehari ( sesuai dengan kebutuhan).
·        Penambahan berat badan sesuai usia.
·        Kepuasan bayi setelah menyusu.

Intervensi Prioritas NIC
Konseling laktasi : penggunaan proses bantuan interaktif untuk membantu mempertahankan menyusui yang berhasil.
Aktifitas Keperawatan
 Pengkajian
·           Kaji kemampuan bayi untuk menempel dan menhisap secara efektif.
·           Konseling laktasi (NIC) :
§  Evaluasi pola menghisap/ menelan bayi;
§  Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui;
§  Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui dari bayi ( misalnya, reflex rooting, menghisap, dan kesiagaan);
§  Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada putting;
§  Pantau integritas kulit putting;
§  Evaluasi pemahaman tentang penghambatan kelenjar susu dan mastitis;
§  Pantau kemampuan untuk megurangi ingesti payudara dengan benar.
Pendidikan untuk Pasien/ Keluarga
·           Instruksikan ibu dalam teknik menyusui yang meningkatkan keterampilan dalam menyusui bayinya. Pertimbangkan teknik relaksasi, posisi yang nyaman, perangsangan reflex rooting, penentapan keadaan sadar bayi sebelum berusaha untuk disusui, stimulasi pada bayi untuk meneruskan menyusui, dan perubahan payudara.
·           Instruksikan pada ibu tentang teknik pemompaan payudara, untuk mempertahankan suplai asi selama penundaan atau penghentian reflek menghisap bay.
·           Instruksikan ibu tentang kebutuhan untuk istirahat yang adekuat dan asupan cairan.
·           Konseling laktasi (NIC):
1.      Sediakan informasi tentang keuntungan dan kerugian menyusui ;
2.      Diskusikan metode alternative menyusui ;
3.      Perbaiki miskonsepsi,misinformasi, dan ketidak akuratan tentang menyusui ;
4.      Demonstrasikan latihan menghisap sesuai dengan kebutuhan;
5.      Instruksikan tentang pola BAB dan berkemih bayi, sesuai dengan kebutuhan ;
6.      Rekomendasikan perawatan payudara, sesuai dengan kebutuhan;
7.      Beritahu tanda masalah untuk dilaporkan pada praktisi perawatan kesehatan;
8.      Diskusikan tanda-tanda kesiapan penyapihan.
Aktifitas Kolaboratif
·           Rujuk pada sumber-sumber komunitas yang sesuai.
Aktifitas Lain
·           Anjurkan pada ibu untuk mengeluarkan ASI secukupnya untuk mengurangi pembengkakan payudara, memungkinkan putting menonjol.
·           Tingkatkan jumlah menyusui sesuai kebutuhan untuk bayi yang menangis atau terbangun.
·           Tingkatkan jumlah menyusui yang terjadwal pada bayi yang tertidur atau dengan berat badan bayi rendah.
·           Tawarkan makanan atau cairan untuk ibu selama siang dan sore hari sebelum menyusui.
·           Berikan privasi untuk ibu dan bayi.
·           Kenali perilaku “berhenti” pada bayi-bayi premature.
·           Jadwalkan periode istirahat, sesuai dengan kebutuhan.
·           Dorong tingkahlaku yang berhasil.
·           Konseling laktasi (NIC);
Berikan dukungan bagi keputusan ibu;
Berikan dorongan untuk terus menyusui setelah pulang dari bekerja atau sekolah


Pemberian ASI, Diskontinuitas
(6.5.1.2.1) (1992)

Definisi : Penghentian kontinuitas proses menyusui(pemberian ASI) sebagai akibat dari ketidakmampuan atau ketidaktepatan untuk meletakkan bayi pada payudara untuk memberi ASI.
Batasan Karakteristik
Subjektif
Keinginan ibu untuk mempertahankan laktasi dan memberikan (atau akhirnya memberikan) ASI untuk kebutuhan nutrisi bayi.
Objektif
Bayi tidak menerima diet pada payudara untuk beberapa atau selama proses menyusui.
Kurang pengetahuan menyangkut pengeluaran dan penyimpanan ASI.
Pemisahan ibu dengan anak.
Faktor yang Berhubungan
v  Penyapihan bayi yang tiba-tiba
v  Kontraindikasi untuk menyusui
v  [Pembengkakan payudara]
v  Pekerjaan ibu [kewajiban untuk keluar rumah]
v  Pengobatan ibu yang merupakan kontraindikasi untuk bayi
v  Penyakit ibu atau bayi
v  Prematuritas
v  [putting kemerahan atau pecah]
Alternative Diagnosis yang Disarankan
v  Pemberian ASI, ketidakefektifan
v  Pola menyusui bayi, ketidakefektifan
Hasil yang Disarankan NOC
1.      Kemantapan menyusui : bayi: pencapaian yang sesuai dari bayi untuk dan dalam menghisap payudara ibu untuk diet selama 2-3 minggu pertama kehidupan.
2.      Kemantapan menyusui : ibu: kemantapan ibu untuk pencapain yang sesuai dari bayi untuk dan dalam menghisap payudara untuk diet selama 2-3 minggu pertama.
3.      Mempertahankan menyusui : keberlanjutan diet bayi melalui menyusui.
4.      Pengetahuan : menyusui: tingkat kemantapan yang dapat ditunjukan tenetang laktasi dan makanan bayi melalui menyusui.
5.      Ikatan orang tua bayi : perilaku yang menunjukkan ketahanan ikatan afeksi antara ibu dan bayi.
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Contoh penggunaan bahasa NOC
·           Ibu dan bayi tidak akan mengalami Diskontinuitas Pemberian ASI, dibuktikan dengan Pengetahuan Menyusui secara substansial, mulai dan mempertahankan menyusui, dan secara konsisten menunjukkan ikatan orang tua-bayi.
·           Ibu dan bayi akan menunjukkan Pemeliharaan Menyusui, ditandai dengan indicator totalitas sebagai berikut (dengan ketentuan 1-5 : tidak, ringan, sedang, berat, atau adekuat):
§  Pertumbuhan dan perkembangan bayi ada dalam rentang normal;
§  Pengenalan tanda-tanda penurunan sulai ASI;
§  Keberlangsungan laktasi ibu saat pulang dari bekerja atau sekolah;
§  Kemampuan ibu untuk mengumpulkan dan menyimpan ASI dengan aman, jika diinginkan;
§  Kemampuan penyedia perawatan untuk mencairkan, menghangatkan, dan menyimpan ASI secara aman.

Intervensi Prioritas NIC
1.      Susu botol : Persiapan dan pemberian cairan untuk bayi melalui botol.
2.      Dukungan emosional: Pemberian keyakinan, penerimaan, dan dorongan selama waktu stress.
3.      Konseling Laktasi : penggunaan proses bantuan interaktif untuk membantu mempertahankan proses menyusui yang berhasil.

Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
·         Kaji kemampuan keluarga untuk mendukung laktasi/ rencana menyusui dan mengatasi perubahan gaya hidup.
·         Kaji keinginan dan motivasi ibu untuk meneruskan proses menyusui.
·         Konfirmasikan kesiapan untuk transisi pada payudara setelah diskontinuitas (misalnya, stabilitas bayi ketika di luar inkubator, koordinasi bayi menyangkut menghisap/ menelan/ bernafas, keinginan ibu untuk mencoba).
·         Pertimbangkan lembar pantau menyusui untuk memfasilitasi pengkajian : dokumentasi status bayi, kebutuhan oksigen, posisi, waktu saat menyusui, total waktu menyusui, berat badan harian, berat BAB.
·         Susu Botol (NIC) :
1.      Tentukan sumber air yang digunakan untuk mengencerkan formula yang terkonsentrasi atau dalam bentuk bubuk;
2.      Tentukan kandungan fluor dari air yang digunakan untuk mengencerkan formula bubuk atau konsentrat dan rujuk pada suplemen fluor, jika diindikasikan;
3.      Pantau berat badan bayi, sesuai dengan kebutuhan.
Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Perubahan
(1.1.2.2 ) (1975)
Definisi : keadaan individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
Batasan Karateristik
BB kurang dari 20% atau lebih dari ideal terhadap tinggi badan dan kerangka;
Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolic – baik kalori total atau nutrisi spesifik (non- NANDA);
Kehilangan BB dengan asupan makanan adekuat;
Melaporkan asupan makanan tidak adekuat kurang dari anjuran kecukupan gizi harian.

Subjektif
1.      Kram abdomen
2.      Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
3.      Merasakan ketidak mampuan untuk mengingesti makanan
4.      Melaporkan perubahan sensasi rasa
5.      Melaporkan kurangnya makanan
6.      Merasa kenyang segera setelah mngingesti makanan
7.      Indigesti (non - NANDA)

Objektif
v  Tidak tertarik untuk makan
v  Kerapuhan kapiler
v  Diare atau steatore
v  Adanya bukti kekurangan makanan
v  Kehilanagan rambut yang berlebihan
v  Bising usus hiperaktif
v  Kurang informasi, misinformasi
v  Kurangnya minat pada makanan
v  Misskonsepsi
v  Konjungtiva dan membrane mukosa pucat
v  Tonus otot buruk
v  Menolak untuk makan (non – NANDA)
v  Luka, rongga mulut inflamasi
v  Kelemahan otot yang di butuhkan untuk menelan atau mengunyah

Faktor yang Berhubungan
v  Ketidak mampuan untuk menelan atau mencerna makanan dan menyerap nutrient yang di akibatkan karena factor biologis, psikologis, atau ekonomi, termasuk berikut ini.
v  Ketergabtungan kimiawi
v  Penyakit kronis
v  Kesulitan mengunyah atau menelan
v  Factor ekonomi
v  Intoleransi makanan
v  Kebutuhan metabolic tinggi
v  Reflex menghisap pada bayi tiddak adekuat
v  Kurangnya pengetahuan dasar nutrisi
v  Akses pada makana terbatas
v  Hilangnya nafsu makan
v  Mual / muntah
v  Pengabaian oleh orang tua
v  Gangguan psikologis

Alternatif Diagnosis yang Disarankan
v  Pemberian ASI, ketidakefektifan
v  Gigi, kerusakan
v  Keggalan tumbuh kembang, dewasa
v  Penatalaksanaan program terapeutik individu, ketidakefektifan
v  Mual
v  Deficit perawatan diri : makan
v  Menelan , gangguan

Hasil yang Disarankan NOC
Status Gizi : tingkat zat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
Status gizi : Asupan Makanan dan Cairan : jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh selam waktu 24 jam.
Status gizi : Nilai Gizi : keadekuatan zat gizi yang di konsumsi tubuh.

Intervensi prioritas NIC
Penggelolaan Gangguan Makanan : pencegahan dan penanganan pembatasan diet yang berat dan aktivitas berlebih atau makan dalam jumlah banyak dalam sayu waktu dan mencahar makanan dan cairan.
Pengelolaan Nutrisi : bantuan atau pemberian asupan diet makana dan cairan yang seimbang.
Bantuan Menaikkan BB : fasilitasi pencapaian kenaikan BB.